Semarang adalah salah satu kota yang
ingin sekali saya kunjungi ketika saya mulai bekerja di Jawa Tengah dan
alhamdulillah libur Imlek kemarin saya sempat mengunjungi Semarang walaupun
hanya dua hari. Meskipun tidak sempat berkeliling kebanyak tempat, setidaknya
saya masih bisa mengunjungi salah satu tempat bersejarah di kota Semarang,
yaitu Kota Lama. Tempat pertama yang saya kunjungi ketika sampai di Kota Lama
adalah salah satu galeri seni yang terletak di Jalan Taman Srigunting No 5-6. Interior
bangunannya yang terlihat tua tapi tetap terawat membuat saya penasaran
untuk melihat isinya, yaitu Semarang Contemporary Art Gallery.
Saya menghabiskan waktu
di Semarang bersama ke lima teman kantor saya, dari kelima teman saya itu ada 4
yang merupakan penduduk Semarang asli, akan tetapi mereka belum pernah
mengunjungi galeri ini, alhasil ketika saya mengajak mereka untuk mengunjungi galeri
seni ini, merekapun setuju saja. Ketika kita memasuki pintu masuk, di sana ada
seorang petugas yang telah menanti untuk mengecap tangan kita sebagai tanda
memasuki galeri. Ah iya, kita juga dikenakan tiket masuk sebesar Rp 10.000
per-orangnya.
Kami berenam pun memulai
perjalanan kami untuk menelusuri galeri seni ini. Pertama kali kita memasuki
galeri kita akan dihadapkan dengan sejarah singkat bangunan yang dipakai
sebagai galeri seni ini. Galeri seni ini dulunya adalah sebuah tempat ibadah
umat Katolik (tahun 1822) sebelum Gereja Gedangan didirikan. Kemudian bangunan
ini diruntuhkan dan dibangun gedung baru pada tahun 1918. Kemudian ditempati
oleh perusahan asuransi pertama Indonesia “De Indische Llyod” pada tahun 1933.
Dan kemudian mulai berpindah tangan hingga terakhir ditempati oleh pabrik sirup
Fresh pada tahun 1998. Hingga tahun 2007, Chris Dharmawan melakukan konservasi
dan mulai mempergunakan bangunan ini sebagai Semarang Gallery pada tahun 2008.
Lukisan di lantai satu |
Semarang Contemporary Art Gallery
ini terdiri dari dua lantai, dan kedua lantainya digunakan sebagai ruang
pameran. Di lantai pertama saya langsung disuguhkan dengan berbagai macam
foto-foto suasana kota lama dan juga beberapa lukisan karya-karya anak bangsa.
Pencahayaan yang cukup dan juga tata ruang yang bagus menurut saya suatu
kombinasi yang apik untuk menikmati karay-karya yang ada, ditambah dengan
nuansa putih pada tembok dinding membuat kita nyaman untuk berlama-lama
mengamati karya seni yang dipamerkan. Sialnya, saya tidak mencatat judul
lukisan beserta senimannya, jadi maafkan jika saya tidak memberikan informasi
yang lengkap mengenai seniman dan judul lukisan yang ada pada artikel ini.
Lukisan di lantai dua |
Setelah lantai pertama saya
menuju lantai kedua, lukisan di lantai kedua menurut saya lebih memiliki banyak
warna daripada di lantai pertama. Selain itu dari berbagai macam karya seni
yang ada, terdapat satu karya seni yang membuat saya bertanya-tanya, yaitu
sebuah kotak yang berisikan banyak cabe yang diatasnya terdapat segelas air
putih, karena pada karya seni tersebut tidak ada informasi yang terpampang
akhirnya saya memberanikan diri untuk bertanya pada penjaga galeri. Beliau
berkata jika karya seni itu memiliki sebuah filosofi, “Dengan banyaknya cabe
yang ada, segelas air putih yang terdapat diatasnya itu tidak mampu
menghilangkan rasa pedas yang ditimbulkan. Oleh karena itu jika kita
berperilaku dan bertutur kata kita harus hati-hati karena dengan perkataan atau
perbuatan yang kita timbulkan belum tentu orang lain akan memaafkan kita dengan
mudah” Begitulah kira-kira filosofi yang diciptakan oleh sang seniman menurut
penjaga Semarang Contemporary Art Gallery ini. Herannya dari banyaknya karya
seni yang ada, hanya karya seni cabe ini yang membuat saya penasaran.hihi
By the way tidak hanya lukisan
saja yang dipamerkan pada Semarang Contemporary Art Gallery ini loh, disana
juga terdapat beberapa patung, seperti patung sapi merah dan sebuah patung
menyerupai iblis dengan wajah yang sendu (Maafkan karena saya tidak mencatat
judul dan juga senimannya). Selain itu pada halaman galeri juga ada sebuah
patung yang berdiri miring karya Budi Kustarto dengan judul “Miring Lantai Kanan
Tinggi”. Kemudian ada juga sebuah patung karya Chen Wenling di depan toilet
galeri, seorang anak lelaki tanpa mengenakan busana yang sedang menggigil
kedinginan. Saya takjub dengan karya Chen Wenling ini, karena pada saat saya
melihatnya ada perasaan kasihan dan sedih pada patung ini, seolah-olah patung
ini adalah manusia hidup yang benar-benar memerlukan pertolongan.
Saya cukup kagum dengan berbagai
macam karya seni yang dipamerkan di Semarang Contemporary Art Gallery ini.
Banyak sekali karya-karya mereka yang menyiratkan berbagai macam pesan yang
mendalam yang terkadang tidak bisa digapai oleh orang awam seperti saya. Yap,
pesan-pesan tersirat yang mungkin belum bisa mereka teriakkan secara lantang
dihadapan semua orang dan hanya bisa mereka wujudkan dalam bentuk karya seni.
Takjub? Tentu. Meskipun kita tidak bisa seperti mereka setidaknya kita masih
bisa mengapresiasi imajinasi dan juga pikiran mereka yang terus berkelana
hingga menciptakan karya-karya yang luar biasa seperti ini. Tetap menghasilkan karya yang menakjubkan ya seniman Indonesia! :)
Note:
- Gallery ini buka setiap hari kecuali hari Senin dan waktu operasinya mulai pukul 10.00 - 16.30 WIB
- Karya seni yang di pamerkan akan berubah secara berkala, untuk informasi lengkap kunjungi http://www.galerisemarang.com
Note:
- Gallery ini buka setiap hari kecuali hari Senin dan waktu operasinya mulai pukul 10.00 - 16.30 WIB
- Karya seni yang di pamerkan akan berubah secara berkala, untuk informasi lengkap kunjungi http://www.galerisemarang.com